Ingin Nge-Blog Lagi

Ya, aku ingin rajin nge-blog lagi setelah sekian lama futur dari dunia blogging. Sejak lama sebenernya keinginan ini membuncah, namun apa daya belum sempat. InsyaAllah mulai hari ini ingin rajin posting lagi di sini. Tentunya postingan-postingan yang bermanfaat.

Amiin…..

Kategori:Arsipku, Kajian Nikah

Belajar dari Biografi Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah

Februari 17, 2011 1 komentar

Sejarah para ulama salaf merupakan salah satu tentara dari tentara-tentara Allah subhanahu wata’ala . Begitu seorang muslim mempelajarinya, ia akan bisa mengambil pelajaran darinya, kemudian bersegera untuk mengamalkannya. (Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah)

Biografi beliau rahimahullah

Beliau adalah seorang imam, ‘alim di zamannya, seorang penolong sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , dan orang yang faqih.

Nama dan Nasab beliau rahimahullah

Nama beliau rahimahullah adalah Muhammad, dan kunyahnya Abu ‘Abdillah. Nama lengkap beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-’Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin ‘Ubaid bin Abdi Yazid bin Hisyam bin Al-Muththalib bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab Al-Qurasyi Al-Muththalibi Asy-Syafi’i Al-Makki Al-Ghazi.

Tempat dan tanggal lahir beliau rahimahullah

Beliau rahimahullah dilahirkan pada hari Jum’at siang, di hari terakhir bulan Rajab, pada tahun 150 H, di desa Ghaza (disini lebih dikenal dengan sebutan Gaza). Sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Palestina, dan berbatasan dengan negeri Syam (sekarang Libanon) dari arah Mesir. Tidak lama kemudian, ibunya membawanya ke kota ‘Asqalan, sebuah kota yang terletak tidak jauh dari Ghaza dan terhitung masih satu propinsi.

Hubungan kekerabatan beliau dengan Rasulullah shallallahualaihi wasallam

Beliau masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu kakek Al-Imam Asy-Syafi’i, yang bernama Al-Muththalib, adalah saudara laki-laki Hasyim, ayah dari ‘Abdul Muththalib, kakek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan: “Sesungguhnya antara Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib satu kesatuan yang tidak akan ada yang bisa memisahkan antara kita, baik di zaman jahiliyah maupun di zaman islam.” (HR. Al-Bukhari). Baca selengkapnya…

Kategori:Terbaru

Karakter Pendidik Muslim

Februari 10, 2011 1 komentar

aaaaaaaaaa

Pada kesempatan ini kami ingin memaparkan mengenai perkara-perkara yang semestinya dimiliki oleh seorang pendidik sejati. Ada 11 karakter yang mesti dimiliki oleh seorang pendidik sejati, dan ini bukan merupakan pembatasan. Pada kesempatan ini kami akan memaparkan satu per satu dari karakter-karakter yang semestinya melekat pada seorang pendidik.

Karakter Pertama Pendidik Sejati:

Mengikhlaskan Ilmu untuk Alloh Subhanahu wa ta’ala

Sebuah perkara agung yang dilalaikan banyak kalangan pengajar dan pendidik, yaitu membangun dan menanamkan prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Alloh. Ini merupakan perkara yang tidak dipahami banyak orang, karena jauhnya mereka dari manhaj Rabbani. Demi Alloh, berapa banyak ilmu yang bermanfaat dan amal-amalan yang mulia untuk umat, namun pemiliknya tidak mendapat bagian manfaat darinya sedikitpun dan pergi begitu saja bersama hembusan angina bagaikan debu beterbangan. Yang demikian itu disebabkan karena pemiliknya tidak mengikhlaskan ilmu dan amal mereka serta tidak menjadikannya di jalan Alloh. Tujuan mereka bukan untuk memberikan manfaat kepada saudara-saudara mereka kaum muslimin dengan ilmu dan pengetahuan serta amal-amalan tersebut. Tujuan mereka hanya semata meraih kehormatan atau kedudukan dan sejenisnya, karena itu sangat layak bila amalan-amalan tersebut pergi begitu saja bagaikan debu yang beterbangan. Ya benar, ada kalanya mereka itu mendapatkan manfaat dengan ilmu dan pengetahuan mereka di dunia, berupa sanjungan, pujian, dan sejenisnya, tetapi diujung-ujungnya bermuara pada kesirnaan. Barangkali hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RodhiAllohu ‘anhu melukiskan makna tersebut:
Dari Abu Hurairah RodhiAllohu ‘anhu dia berkata, Nabi Shallallohu’alaihi wasallam bersabda:
“ … dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca Al-Qur’an, lalu ia didatangkan dan Alloh mengingatkan nikmat-nikmatNya (kepadanya) dan dia pun mengenalnya. Alloh berfirman, ‘Apa yang kamu lakukan padanya?’ Dia berkata, ‘Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an demi Engkau.’ Alloh berfirman,’ Kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar ilmu supaya dikatakan alim; kamu membaca Al-Qur’an supaya dikatakan qori’, dan itu telah dikatakan. ‘Kemudian diperintahkan agar ia diseret diatas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam api neraka…” (Hadits Riwayat Muslim dalam kitab Imarah, An-Nasa’i dalam Al-Jihad, Ahmad dalam Baqi’ Musnad Muktsirin , dan At-Tirmidzi dalam Az-Zuhud)
Karena itu, semestinya bagi para pendidik dan pengajar agar menanamkan sifat ikhlas dalam ilmu dan amal untuk Alloh pada diri anak didiknya, juga sifat mengharap pahala dan ganjaran dari Alloh. Kemudian, jika setelah itu ia memperoleh sanjungan dan pujian dari manusia, itu adlah anugrah dan nikmat dari Alloh, dan bagi Alloh-lah segala pujian.
Ibnu Rajab Rahimahulloh berkata: “ Adapun jika dia melakukan sebuah amalan murni untuk Alloh, kemudian Alloh melemparkan pujian baik baginya di hati orang-orang Mukmin dengan hal itu, lalu dia merasa senang dengan anugrah dan Rahmat Alloh serta merasa gembira dengannya, maka hal itu tidak mengapa baginya. Pada makna inilah hadits Abu Dzar datang; dari Nabi shallallohu’alaihi wasallam bahwa beliau ditanya tentang laki-laki melakukan sebuah amalan ikhlas untuk Alloh berupa kebaikan, yang lantaran itu ia dipuji manusia, beliau bersabda: ‘Itu adalah berita gembira orang beriman yang disegerakan’.” (Hadits Riwayat Muslim, juga Ahmad dalam Musnad Al-Anshar dan Ibnu Majah dalam Az-Zuhud)
Poros dari itu semua terletak pada niat, dan niat tempatnya adalah di dada, dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Alloh:
“ Katakanlah, ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Alloh mengetahuinya’.” (Terjemah Quran Surat Ali Imran: 29)
Maka bagi siapa saja yang niatnya murni untuk Alloh, hendaklah berbahagia dengan pengabulan amalnya dan ganjaran pahala dari Alloh.
Dari Umar bin Al-Khattab RadhiAllohu ‘anhu, saya pernah mendengar Rasululloh Shallallohu’alaihi wasallam bersabda:
“ Sesungguhnya setiap amalan itu hanyalah bergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena motivasi dunia yang hendak dicapainya atau lantaran seorang wanita untuk dinikahinya, maka hijrahnya pada apa yang dia hijrah kepadanya.” ( Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan:
1.    Merupakan suatu kewajiban bagi seorang pendidik untuk menanamkan hakikat ikhlas pada diri anak didiknya.
2.    Seorang pendidik harus menyertakan hakikat tersebut semenjak awal dan terus-menerus mengingatkannya.

Diketik ulang dari buku: “Begini Seharusnya Menjadi Guru (Panduan Lengkap Pengajaran Cara Rasululloh Shallallohu’alaihi wasallam)” karya Fu’ad bin Abdul Aziz Asy-Syalhub, edisi bahasa Indonesia dengan penerjemah Jamaluddin, penerbit Darul Haq, cet. I.

Apa-apaan ini akhy…????

Januari 22, 2011 2 komentar

Tafsirkan saja sendiri, kataku…!!!

Nikah po ??

Kategori:Terbaru

Info Kajian: Daurah Adab dan Akhlaq Seorang Muslim #3

Kajian Islam Ilmiah Ahlussunnah Wal Jama’ah:

Adab dan Akhlaq Seorang Muslim #3

Adab dan Akhlaq Seorang Muslim 3
Adab dan Akhlaq Seorang Muslim 3

InsyaAllah akan diadakan pengajian akbar yang terbuka untuk seluruh kaum muslimin terhusus putra, dengan membawakan tema yang insyaAllah sangat bermanfaat yakni:

“Adab dan Akhlaq Seorang Muslim #3”

Kajian ini merupakan kelanjutan dari seri kajian “Adab dan Akhlaq Seorang Muslim #2” yang pada sebulan lalu tepatnya Ahad pekan ke-3 di bulan Desember 2010 dilaksanakan di Masjid Al-Hasanah, Terban, Yogyakarta.

Adapun pada seri yang ke-3 ini insyaAllah akan dilakasanakan ditempat yang berbeda yakni di Masjid Agung Sleman, tepatnya di  Kompleks Perkantoran PEMDA Sleman. InsyaAllah kajian ini akan dimulai pukul 09.00 – selesai pada hari Ahad, 11 Shafar 1432 H/ 16 Januari 2011. Sebagaimana pertemuan sebelumnya, pemateri pada kesempatan bulan ini insyaAllah panitia juga masih akan menghadirkan salah seorang da’i Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dari Malang Jawa Timur yang beliau juga merupakan Pengasuh dari Ponpes Assunnah Malang, beliau adalah Al-Ustadz Usamah Faishal Mahri, Lc hafizhahullahu ta’ala.

Pengajian ini terbuka untuk umum putra dan putri, akan tetapi khusus untuk peserta putri akan disiarkan langsung di tempat yang berbeda yakni di TK/TA Ibnu Taimiyah, Sedan, Sleman dan di Ponpes Putri Ar-Ridho Sewon Bantul, insyaAllah kajian ini juga akan disiarkan langsung melalui Radio Ar-Ridho FM di gelombang 107.6 FM yang bisa didengarkan warga Bantul dan sekitarnya insyaAllah.

Dan bagi Anda yang mungkin berada diluar kota dan belum berkesempatan hadir, panitia juga menyiarkannya secara langsung melalui internet via PALTALK di room Religion & Spiritually >> Salafiyyin. Jadi Anda juga bisa ikut mendengarkannya secara live, insyaAllahu ta’ala.

Jazaakumullahu khairan kepada panitia dari Panitia Kajian Islam (PAKIS) Yogyakarta dan takmir masjid Agung Sleman.

Kontak panitia: 0274-7170587

Mari manfaatkan kesempatan ini untuk mengambbil pelajaran berharga dari Akhlaq Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Admin semangat nge-blog lagi yuk”

Produk Halal MUI

Cek Produk Halal

 

Kategori:Terbaru

Surat Bunda untuk Putranya

Surat Bunda untuk Putranya

Assalamu’alaikum,

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin.

Wahai anakku,

Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.

Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.

Wahai anakku..
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi. Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.

Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku. Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.

Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir. Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.

Wahai anakku..
Telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu, itulah kebahagiaanku! Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu. Baca selengkapnya…

Kategori:Kisah, Nashihat, Terbaru